[Download versi lengkap warta - PDF]
Disusun oleh: Wastu Pradhana
Sumber: http://fraterxaverian.org/
Pentakosta adalah hari yang dijanjikan Yesus, bahwa Roh Kudus akan turun kepada para murid dan kepada kita semua. Roh Kudus hadir dengan membawa sebuah pembebasan; pembebasan dari perasaan ketakutan, kecemasan dan bahkan tindakan ekstrem peng-eksklusif-an pewartaan. Roh Kudus memberi kita sebuah semangat baru, penghiburan, pengharapan dan keberanian. Roh Kudus turun ke atas para rasul, dan seketika itu juga mereka semua berbicara dan mewartakan semua perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah dalam berbagai bahasa. Sejatinya, hal seperti itulah yang seharusnya terjadi pada kita. Roh Kudus tidak semata-mata hanya turun dan mendiami kita tanpa ada usaha, melainkan bersama Roh Kudus kita berani untuk keluar dari diri kita, keluar dari zona aman lalu pergi untuk bersaksi dan mewartakan Yesus.
Dalam Injil hari ini kita akan menemukan kata-kata Yesus, “Jika penolong yang Aku utus dari Bapa datang, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga bersaksi, karena kamu sejak semula bersama-sama dengan Aku.” Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri dan membiarkan Roh Kudus hanya tinggal dalam diri kita. Ironisnya adalah kita sering berdoa—novena Roh kudus atau doa-doa lainnya—memohon supaya Roh Kudus hadir dalam hidup kita, tetapi yang terjadi adalah kita hanya sampai pada menjadikan Roh Kudus sebagai alat untuk melindungi kepentingan diri kita. Di dalam kepentingan diri itulah, kita justru menyembunyikan atau acuh tak acuh tentang apa yang seharusnya kita lakukan setelah Roh Kudus memasuki hati kita. Kita seolah-olah memonopoli Roh Kudus untuk diri kita sendiri dengan melupakan apa yang seharusnya kita lakukan yaitu keluar dan pergi bersaksi tentang kemuliaan Allah kepada semua orang.
Perlu diingat juga bahwa kita tidak mesti bersaksi dalam hal-hal yang luar biasa, tetapi kita bersaksi mulai dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari kita entah dalam keluarga, komunitas dan dalam kehidupan bermasyarakat. Sukacita dan kebenaran yang sesungguhnya adalah apabila kita berani bersaksi kepada orang lain tentang kemuliaan Tuhan.**