sekretariat@parokisanmare.or.id

021-745 9715, 745 9726

Jadwal Misa
Senin-Sabtu : 06.00 WIB
Jumat Pertama : 06.00, 12.00, 19.30 WIB
Sabtu : 17.00 WIB
Minggu : 06.30, 09.00, 17.00 WIB

Sampaikan Intensi Misa: WA Sekretariat SanMaRe

Warta - No 41 - 14 Oktober 2018

Hari Pangan Sedunia 2018
Iman yang Kuat Dimulai dari Meja Makan

Disiapkan oleh Yohandoyo

[Download versi PDF]

Hari Pangan Sedunia 2018: Iman yang Kuat Dimulai dari Meja Makan

Makan Bersama. Kegiatan makan bersama, pasti setiap orang pernah melakukannya. Hadirnya makanan dalam sebuah acara tidak sekedar berfungsi sebagai sarana untuk memenuhi rasa lapar. Mungkin yang kurang disadari adalah bahwa makan bersama bisa menjadi sarana untuk mempersatukan. Bagaimana bisa?

Tahun 2018 ini fokus pastoral KAJ adalah “Amalkan Pancasila: Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Kebhinnekaan itu juga terlihat dalam makan bersama. Kebiasaan makan bersama itu sudah ada dalam pelbagai tradisi masyarakat di Indonesia. Selembar daun pisang dengan semua makanan dihamparkan di atasnya, dikelilingi enam atau tujuh orang duduk bersila di sekitar daun, menikmati makanan dengan mengambil langsung dari daun pisang tersebut. Begitulah budaya di masyarakat Minahasa.

Makan bersama dapat membangun suasana akrab. Variasi makan bersama dalam bentuk yang lebih formal di daerah-daerah Indonesia lebih banyak lagi. Ada kepungan, kendurian, di Jawa. Ada acara bakar batu di Papua. Maka sangatlah tepat apabila pada Hari Pangan Sedunia 2018 yang diperingati setiap 16 Oktober, KAJ secara khusus mengangkat tema “Dalam Kebhinnekaan, Pangan Mempersatukan“.

Iman yang Kuat Dimulai dari Meja Makan
Apa hubungan antara memelihara iman dengan acara makan bersama, kita dapat belajar dari cara bangsa Yahudi dalam Perjanjian Lama dalam usaha memelihara iman anggota keluarganya. Keselamatan bangsa Israel dialami secara nyata ketika bangsa Israel harus bergegas keluar dari perbudakan di Mesir. Begitu terburu-buru, sehingga mereka tidak sempat memasak makanan. Mereka makan roti tidak beragi. Momen keselamatan ini terus dipelihara dalam perayaan Roti Tidak Beragi.

Pada saat keluarga-keluarga merayakannya, mereka berkumpul bersama mengelilingi meja dan menceritakan kembali kisah penyelamatan bangsa Israel dari negeri Mesir (Kel 13:1-16). Hal ini sangat inspiratif. Melalui makan bersama, ada banyak hal bisa disampaikan. Kisah keberhasilan, kegagalan, kisah mengenai perjuangan orangtua hingga berhasil, kisah panggilan orangtua bisa diceritakan. Kita belajar bahwa melalui makan bersama keluarga ini orangtua dapat berperan dalam menumbuhkembangkan iman anak-anak.Pengalaman-pengalaman anggota didengarkan, dan orang tua dapat memberikan peneguhan.

Kendati ada banyak hal baik didapatkan melalui makan bersama dalam keluarga, namun di kota-kota besar kesempatan makan bersama ini jarang dilakukan. Ritme kesibukan masing-masing anggota keluarga dan sulitnya mencari waktu adalah alasannya. Inilah tantangan yang harus kita pecahkan bersama.

Dikutip dari Intisari Online, manfaat makan bersama dalam keluarga adalah sebagai berikut:

  1. Orangtua dapat memantau asupan nutrisi anak-anaknya. Anak-anak akan lebih banyak makan sayuran, sehingga mendapatkan lebih banyak vitamin dan nutrisi.
  2. Performa anak-anak lebih baik di sekolah. Menurut penelitian tahun 2005 di Universitas Columbia, remaja yang makan bersama keluarga mereka setidaknya lima kali seminggu lebih mungkin mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah dan memiliki sikat yang lebih positif tentang masa depan mereka.
  3. Meningkatnya komunikasi, baik kuantitas dan kualitas. Makan malam bersama dalam keluarga untuk memberi kesempatan saling berkomunikasi. Percakapan selama makan memberi kesempatan bagi keluarga untuk menjalin ikatan dan terhubung satu sama lain. Keluarga dapat saling belajar dengan cara yang menyenangkan.
  4. Mengembangkan keterampilan sosial. Setiap anggota keluarga dapat belajar menjadi pendengar yang baik, dan sabar menunggu sementara anggota keluarga yang lain sedang berbicara. Mereka juga menjadi ingin tahu tentang orang lain, bukan hanya fokus pada diri sendiri.
  5. Mengajarkan sopan santun di meja. Jika anak-anak tumbuh tanpa tata krama di meja makan, itu akan menciptakan banyak masalah bagi mereka dalam keberhasilan masa depan mereka.
  6. Mengurangi penyalahgunaan zat/obat. Menurut penelitian oleh Pusat Nasional Ketergantungan dan Penyalahgunaan Zat di Universitas Columbia, keluarga yang tidak makan malam bersama tiga setengah kali lebih rentan terhadap penyalahgunaan resep dan obat lainnya.
  7. Hubungan baik dan memperkuat ikatan keluarga. Anak-anak dapat menggunakan waktu makan bersama untuk membicarakan hal-hal penting atau meminta orangtua mereka menjawab pertanyaan anak-anak. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pertumbuhan mereka terutama saat menghadapi masalah-masalah sulit/kritis di usia remaja.
  8. Lebih hemat. Makanan beli tentunya membutuhkan lebih banyak biaya. Sekaligus kita mengajarkan budaya hidup hemat, toleran, dan sederhana.
  9. Meningkatkan cita rasa anak-anak. Makan bersama berarti memasak makanan yang umum untuk seluruh anggota keluarga. Dengan cara ini, anak mengenal makanan baru dan tidak menjadi rewel tentang pilihan makanan.
  10. Struktur dan rutin. Rutinitas membantu anak-anak menemukan organisasi dan kemantapan dalam kehidupan keluarga mereka. Makan bersama keluarga secara teratur memberikan anak-anak rasa yang normal dan mereka dapat menikmati saat-saat ini setiap hari.