Kisah Maria - Marta
Memilih Bagian yang Terbaik
Diambil dari: renungan P. John Laba SDB di pejesdb.com
[Download versi lengkap warta - PDF]
Ada seorang pemuda merasa sedih dan iri hati kalau melihat teman-temannya begitu akrab dengan orangtua mereka. Padahal secara ekonomis, mereka lebih sederhana daripada keluarganya. Ayah dan ibunya masing-masing merupakan orang nomor satu dari perusahaan masing-masing. Pasutri ini akhirnya tenggelam dalam kerja dan duit sehingga lupa mengurus putra tunggal mereka.
Pasutri ini jarang memiliki waktu untuk tinggal bersama putra mereka. Boleh dikatakan bahwa putra mereka seperti proyek yang harus diurus bukan manusia yang membutuhkan kasih sayang. Ia diberi uang, gadget terbaru, mobil. Orangtua berpikir bahwa itu adalah tanda kasih dan pelayanan mereka. Masalahnya adalah anak ini tidak merasakan kehadiran orang tuanya.
Penginjil Lukas hari ini (Luk 10:38-42) melaporkan bahwa Yesus sedang mengunjungi para sahabatNya yakni Marta dan Maria. Kedua wanita ini memiliki saudara bernama Lazarus. Mereka tinggal di Bethania. Setiap kali berkunjung ke Yerusalem, Yesus dan para muridNya pasti mengunjungi mereka. Marta dan Maria adalah dua pribadi yang berbeda satu sama lain. Marta dalam bahasa Aram berarti “Nyonya rumah” menerima Yesus dan para muridNya di rumahnya dan sibuk melayani mereka. Maria saudaranya tetap duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengar perkataanNya.
Sikap Maria ini membuat Marta mencari perhatian Yesus untuk menegur Maria. Marta tentu berpikir bahwa Sikap Maria itu tidak tepat sebagai wanita Yahudi yang duduk dekat kaki Yesus seolah-olah seorang murid. Maria harus melayani seperti dirinya. Maka terjadilah tegur menegur di antara mereka. Marta mendekati Yesus dan menegurNya karena tidak memperhatikan kepincangan dalam pelayanan sehingga Yesus diminta untuk menegur Maria. Yesus tidak menegur Maria tetapi justru memujinya karena memilih untuk melakukan hal yang paling penting yakni mendengar semua perkataan Yesus. Yesus juga menegur kembali Marta yang sibuk dan khawatir dan menyusahkan diri dengan banyak hal yang tidak perlu.
Kisah Injil menarik perhatian kita karena ditulis bersambungan dengan kisah orang Samaria yang baik hati. Kisah orang Samaria yang baik hati menegaskan kepada kita bagaimana menjadi sesama yang baik bukan siapakah sesamaku manusia. Kisah ini juga sudah menekankan kepada kita sebuah pesan kemanusiaan yang jelas yakni kita dapatlah dikatakan orang yang baik kalau kita dapat melakukan sebuah perbuatan baik kepada sesama manusia. Supaya tindakan kita itu tetap baik dan menjadi sebuah tindakan yang bijaksana maka kita butuh waktu untuk hening, saat doa, saat untuk berhubungan dengan dunia batin kita serta terbuka pada keintiman dengan mendengarkan dunia batin orang lain.
Tuhan luar biasa. Hari ini Ia mengatakan kepada kita untuk memilih, satu hal yang perlu saja yang memang merupakan bagian terbaik yakni mendengar setiap perkataan Tuhan. Seperti Maria dalam Injil, kita juga mengambil sikap sebagai seorang murid untuk duduk di dekat kaki Yesus dan mendengar semua perkataanNya. Di samping itu kita juga diajak untuk tekun berdoa. DukunganNya, dengan segala kuasaNya disebut dalam doa untuk memastkan bahwa semua usaha mereka berjalan dengan baik dan berhasil.