BOLEHKAH ORANG KATOLIK
PERCAYA RAMALAN?
Disiapkan oleh: Laurentius Melvin Pratama
[Download versi lengkap warta - PDF]
Meski zaman sudah modern, banyak orang percaya akan ramalan nasib dan masa depan. Tidak sedikit orang percaya kepada dukun, paranormal, peramal dan sebagainya demi mendapat semacam kepastian tentang masa depannya, peruntungan, kesehatan, jodoh, karir. Ada lagi yang percaya akan astrologi, ilmu perbintangan yang dianggap mampu menjelaskan nasib manusia. Juga ada yang percaya akan horoskop, yaitu ramalan zaman kuno yang dibuat berdasarkan shio, zodiak, wuku dsb. Selain itu, ada pula keyakinan pada pembacaan garis tangan yang dianggap mampu menentukan mujur malangnya orang. Ada pula yang tertarik pada permainan medium, yaitu pemanggilan roh gaib untuk ditanyai tentang masa depan dan nasib. Pendek kata, semua itu tentang ramalan. Caranya bermacam-macam, namun intinya sama: “mencoba membuka tabir masa depan”.
Sayangnya, tidak sedikit orang Katolik berbuat demikian, yaitu percaya akan ramal-meramal. Anda termasuk? Syukur kepada Allah kalau bukan. Kalau ya, berhentilah, bertobatlah sebab menurut iman Katolik, percaya akan ramalan itu salah besar. Seorang Katolik tidak boleh percaya akan ramalan nasib dan masa depan, apapun cara dan alatnya.
Mengapa demikian? Simaklah ajaran Gereja Katolik berikut ini, dalam Katekismus Gereja Katolik no. 2116: “Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat ‘membuka tabir’ masa depan.” Sangat jelas, hal-hal demikian harus ditolak. Bolehkah seorang Katolik percaya akan ramalan? Tidak! Alkitab sudah menyatakannya tegas dan jelas. Bacalah Ulangan 18:10-14
"Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kau duduki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan Tuhan, Allahmu, melakukan yang demikian."
Orang kristiani membaca Horoskop, bolehkah?
Barangkali sebagian menjawab: "Boleh saja, kan tidak memercayainya" atau "Ah, saya cuma iseng saja, kok. Tidak ada maksud mendalami, apalagi memercayai." Sebagian yang lain dengan tegas berkata tidak pada horoskop, karena itu artinya praktek ramal yang adalah dosa.
Apa kata Alkitab tentang hal ini?
Praktek ramal meramal sudah ada sejak zaman bangsa Israel.
Tuhan mengingatkan mereka bahwa praktek-praktek semacam itu akan banyak dijumpai ketika mereka masuk negeri Kanaan.
Umat Tuhan haruslah mendengarkan suara Tuhan, dengan cara yang Tuhan tentukan.
Meminta petunjuk pada dewa, arwah, roh peramal, orang mati, atau hal-hal lain di luar cara Tuhan, berarti pemberontakan terhadap Tuhan. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan.
Masalah horoskop jauh melampaui soal boleh atau tidak boleh membaca. Ini masalah hati yang berpaut pada Tuhan sebagai satu-satunya otoritas dalam hidup.
Kita perlu menyelidiki hati kita dan bertanya pada diri kita, "mengapa saya lebih banyak mencari petunjuk akan masa depan di luar firman Tuhan?"
Tidakkah itu berarti saya meragukan petunjuk-Nya?
Waspadalah!
Hal itu tidak sepele di mata Tuhan!
Jangan pula merasa sudah benar jika kita tak pernah membaca horoskop.
Bisa jadi kita tidak membaca karena tidak ingin dipandang negatif, namun sebenarnya kita juga mencari petunjuk dalam hal-hal lain.
Hati yang berpaut kepada allah lain, itulah kekejian bagi Tuhan.
"PANCANGKAN TINGGI-TINGGI TIANG KEKUDUSAN UNTUK MENOLAK SEGALA KEKEJIAN YANG MENDUKAKAN TUHAN"
Salam kasih, Tuhan memberkati.