Surat Keluarga Katolik
Mendahului versus Mengajari
Ditulis oleh: Romo Alexander Erwin MSF
[Download versi lengkap warta - PDF]
Keluarga terkasih, kita memasuki masa Prapaskah untuk mempersiapkan perayaan Paskah Tuhan Kita, Yesus Kristus.
Persiapan rohani adalah suatu keharusan jika kita ingin mengambil manfaat dari masa retret agung 40 hari Prapaskah ini. Harus kita akui dengan jujur, kemauan saja kadang tidak cukup untuk menjadikan sesuatu yang baik terwujud. Kita membutuhkan “acara”, “masa”, dan bahkan “peraturan” agar kita ikuti dan kemudian memasukkan ketaatan dan disiplin kita di dalamnya. Dengan itu, kita merasa memiliki ukuran dan meraih sesuatu yang berarti bagi hidup jiwa kita.
Mengapa kita tidak jarang melakukan pengabaian, pelanggaran, atau kita bersikap tidak peduli? Apakah memang kita mau disebut termasuk orang yang dilahirkan tanpa sikap disiplin, tanpa ketaatan, sehingga kita harus menerima diri sebagai seorang yang tanpa keseriusan menjalan hidup rohani kita? Maukah kita terus menjadi orang yang “asal saja” menjalankan hidup beriman dan sulit merasa dekat dengan Tuhan karena menganggapnya kurang penting?
Melalui hidup bersama, dalam keluarga, dalam masyarakat, kita harus menunjukkan kualitas kita sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, Sang Penyelamat, Sang Guru, Sang Teladan yang memberi contoh hidup kepada kita semua sebelum memberi perintah dan nasihat. Yesus adalah contoh dan teladan yang hidup, Ia sendiri melakukannya lebih dahulu. Sungguh indah meneladan Pribadi yang telah menjalani dan memberi hidup-Nya untuk kebaikan dan keselamatan kita semua. Dalam keluarga, kita dan anak-anak membutuhkan habit hidup yang baik, yaitu menjadikan cara yang baik sebagai kebiasaan bersama yang dipatuhi dan ditaati bersama. Anak-anak pasti menantikan “guru kehidupan” yang selalu setia setiap hari di rumah. Seorang yang berani mengajarkan pasti berani menerapkannya secara kontinu dan konsisten. Tidak ada kata absen bertindak baik. Tidak ada kata lupa yang dilakukan tanpa kata maaf. Semua harus disiplin menerapkan kebaikan.
Dalam situasi serba kuatir tentang virus Corona sekarang ini, tentu habit yang baik harus diterapkan. Kita meminta seluruh keluarga menjaga kebersihan diri, selalu mencuci tangan, selalu menghindarkan dari kontak yang terlalu fisik, dan menjaga kesehatan badan. Maka, semua anggota keluarga harus melakukannya. Bapak dan Ibu harus menjaga kebersihan dan disiplin membersihkan diri dan itu dimulai dari diri sendiri. Kita akan lebih nyaman menyampaikan perintah dan teguran, jika kita sendiri melakukannya lebih dulu.
Surat pertama Petrus (I Pet.4:11) mengatakan, "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus”. Jadi melakukan sabda Allah lebih dulu itu kebaikan dan keutamaan, semoga Allah membantu kita menjadi pionir dalam bersikap baik.
Keluarga yang terkasih, bagaimana jika kita telanjur tidak mempunyai habit yang baik dan relasi kita dalam keluarga kurang dekat? Tentu tugas menjadi lebih sulit dan berat, tetapi tidak berarti tidak bisa. Kita tetap harus memulai suatu misi perbaikan keluarga kita. Segala sesuatu harus dimulai dulu sejak sekarang. Menunggu orang lain melakukannya adalah suatu hal yang tidak bijaksana. Kita harus memulainya sekarang ini tanpa menunda. Mari memberi edukasi yang baik. Jangan katakan kita terlalu tua untuk mempelajari dan menerapkan hal-hal baru. Kita semua bisa melakukannya. Saya percaya jika ada kemauan dan jika kita sadar pentingnya beberapa perubahan sikap yang berguna, itu akan membuat seluruh keluarga menjadi lebih baik, lebih bermutu komunikasinya, lebih sehat lahir dan batin. Tuhan memberkati.
Doa khusus untuk seluruh keluarga agar dijauhkan dari segala macam sakit penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit rohani.