Baksos Emmaus Journey
Menyebarkan Kabar Sukacita Injil
Ditulis oleh: Kaman Siboro
[Download versi lengkap warta - PDF]
Jurnal Kunjungan ke rumah salah seorang satpam yang sedang menderita (sakit suami istri) di rumahnya tgl 02 Februari 2020 Jam 20.15 - 21.30 . Dalam rangka Kegiatan Baksos Program Kursus EJ SanMaRe.
Perjalanan ke rumahnya sebenarnya sangat dekat dari komplek tapi karena tidak ada nomor rumahnya sehingga kita hanya gunakan penjelasan dekat tanda-tanda tertentu, apalagi sudah kenal sehingga kita yakin akan menemukannya dengan mudah.
Perjalanan kami lakukan dengan penuh sukacita menelusuri gang-gang yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan karena baru turun hujan dan sudah malam maka kita kadang harus menyalakan cahaya senter dari HP agar tidak terpeleset. Setelah Tanya-tanya beberapa orang, ada yang kasih petunjuk belok kanan dan belok kiri, tapi kita belum menemukan rumahnya.
Puji Tuhan ada juga yang baik hati dan mau mengantarkan kami sampai ke rumahnya. Walau akhirnya ada juga kita ketemu salah satu warga dan umat secara tidak sengaja karena mendengar adanya lantunan lagu2 pujian sehingga kita yakin bahwa rumahnya sudah dekat, kemudian kita cari dari mana datangnya suara tersebut dan ternyata benar kita kenal baik dan akhirnya ikut serta juga mengantarkan ke rumahnya.
Bapak Utar (52 thn), 2 anak (satu baru lulus SLTA dan sudah kerja di Guardian-Lotte dan satu lagi masih sekolah di negeri dekat rumah).
Tinggal di rumah petak sangat sederhana (perkiraan luas -/+18m) terdiri dari 3 kamar ukuran kecil, ruang keluarga, KM, dan dapur). Upah yang diterima sebagai satpam walau sudah kerja 30 tahun lebih hanya Rp 1,2 jt ditambah beras 15 kg dan 10 bungkus mi instan serta dapat makan satu kali sehari dalam bentuk natura yang di berikan warga .
Istrinya seblumnya kerja sebagai asisten rumah tangga dan sekarang bantu-bantu setrika di tetangga kalau lagi sehat dan kuat.
Pak Utar menyebutkan gaji tersebut sangat jauh dari cukup tapi bagaimana lagi dijalanin saja katanya dengan nada suara makin melemah, kalau sakit pak Utar berupaya ke puskesmas seadanya.
Pak Utar menjalanin hidup seadanya mengalir saja, habis bagaimana lagi tuturnya berulang-ulang dengan senyum seolah olah tidak ada masalah. Saat pertemuan kami tersebut akhirnya anaknya yang kecil pulang mau masuk rumah, kelihatannya selesai pengajian melihat kostum yang digunakan namun dia mengurungkan niatnya untuk masuk karena kamarnya yang sempit itu sedang kita pakai pertemuan dengan orang tuanya.
Dalam membaca laporan diagnosa sakit Jantung pak Utar, kami terpaksa harus gunakan alat bantu penerangan dari HP karena ruangannya agak gelap. Dia menerangkan bayar biaya listrik sebulan -/+ Rp. 200.000,-
Serasa mengalami dan menjalani kehidupannya yang sangat pas2an dan harus berakrobat utk mencukupi kebutuhannya. Tuhan yang maha baik berkatilah, lindungilah, dan sertailah keluarga pak Utar dengan kasih Ilahi-Mu sehingga sehat dan rejekinya lancar, amin.
Kesan: