BKSY: Berbelas Kasih Seperti Yesus
Ditulis oleh Dika Alberto
[Download versi lengkap warta - PDF]
"Yang pasti-pasti aja deh!"
Seorang bapak muda berkata kepada teman yang duduk di depannya, di sebuah warung kopi kekinian. Saya tersenyum. Kalau kenal mungkin saja menyeletuk;
"Yang pasti mati, pak." Hehehe.
Banyak kemungkinan dan ketidakpastian dalam kehidupan manusia, namun manusia yang hidup pasti akan mati. Beberapa kali mendampingi keluarga yang ditinggal, banyak pelajaran berharga yang saya peroleh. Ternyata justru pihak yang ditinggal inilah yang siap tidak siap harus membereskan semua. Beruntung bagi umat katolik, khususnya umat paroki SanMaRe, memiliki Sie Kehidupan Baru yang sigap mendampingi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan pengurusan jenasah, pengadaan peti, ambulance, rumah duka, pemakaman atau kremasi. Bersyukur juga saya mendapat kesempatan bertemu dengan mereka dalam pelayanan bersama.
Tidak dapat dipungkiri segala sesuatunya memerlukan biaya. Meskipun beberapa kali membantu keluarga yang secara finansial siap, namun beberapa kali mendengar pengalaman keluarga yang tidak siap. Sempat pula mendengar sharing dari seorang ketua lingkungan yg terpaksa harus pontang panting mencari bantuan dana talangan untuk membereskan keperluan finansialnya. Disinilah sebenarnya program BKSY dapat berperan.
Apa itu BKSY?
BerKHAT Santo Yusup adalah suatu program yang bergerak dengan semangat belarasa dalam Kematian dan keseHATan. Gerakan yang pada awalnya diprakarsai oleh Bapa Uskup kita (KAJ), Mgr. I. Suharyo, sebagai perwujudan dari kehendak Yesus sendiri, "Hendaklah kamu berbelarasa, sama seperti Bapamu berbelarasa." (Luk 6:36).
Kerap kali menjadi pertanyaan, apa bedanya dengan program Santo Yusup di paroki? Maka seiring waktu berjalan, dalam pertumbuhannya singkatan BKSY kemudian menjadi Berbelas Kasih Seperti Yesus. Bukan hanya singkatan saja, namun kinerja juga semakin ditingkatkan dan diperbaiki sesuai dengan tujuan utama : peduli, belarasa, berbagi dengan ikhlas tanpa pamrih dan cepat tanggap. Kecepatan dalam memberikan bantuan inilah yang menjadi perhatian BKSY pusat, sehingga per 1 Agustus 2019, prosedur semakin dipermudah dengan adanya dana talangan apabila dibutuhkan segera. Masing-masing paroki diharapkan siap, namun jika tidak memungkinkan, BKSY pusat siap membantu. Dan perlu digarisbawahi, BKSY bukan asuransi, kita “memberi” bukan “membeli”.
Mengapa BKSY? Apakah semua perlu menjadi anggota?
Tua atau muda, berkecukupan atau kekurangan, sehat atau sakit, siap atau tidak siap...pada saatnya akan mati. Bila kita bisa melepaskan kepergian kita dengan layak, apakah kita tidak tergerak membantu saudara kita mendapatkan kelayakan pula? Sebagai solidaritas, terutama kepada saudara kita yang menderita/KLMTD (kecil, lemah, miskin, tersingkir, difabel)? Dengan menyisihkan dana Rp.80.000 per tahun (atau Rp.6.700 per bulan), kita dapat menolong diri sendiri dan atau menolong orang lain secara bergotong royong dengan menyisihkan dana untuk pending coffee.
Sebagai anggota kita dapat mengajukan bantuan yang cukup layak di saat membutuhkan. Saat kematian bantuan sebesar Rp. 10.000.000, saat sakit (dirawat) Rp. 100.000 per hari, maksimal 90 hari dalam 1 tahun. Bila ternyata kita merasa tidak perlu, dana tersebut bisa disumbangkan kembali untuk membantu yang lain, bisa seluruhnya, atau sebagian dengan kerelaan dan kemurahan hati sebagai pending coffee.
Apabila kita menyadari dan peduli betapa besar semangat belarasa dalam gerakan dan program BKSY ini, didukung oleh paroki, para aktivis senior junior, rasul-rasul BKSY, juga tidak kalah pentingnya peran aktif para korwil & kaling yang berhubungan langsung dengan warga, niscaya berkat ini akan semakin berkembang dan bermanfaat bagi seluruh umat. Saya sudah menjadi anggota, kapankah anda?
Marilah kita hidup menjadi berkat, bahkan di saat kita harus "berangkat".