sekretariat@parokisanmare.or.id

021-745 9715, 745 9726

Jadwal Misa
Senin-Sabtu : 06.00 WIB
Jumat Pertama : 06.00, 12.00, 19.30 WIB
Sabtu : 17.00 WIB
Minggu : 06.30, 09.00, 17.00 WIB

Sampaikan Intensi Misa: WA Sekretariat SanMaRe

Warta - No 23 - 9 Juni 2019

Hari Raya Pentakosta
Berusaha Hidup menurut Buah Roh Kudus

Sumber: http://dasrimin-punya-coretan-lepas.blogspot.com

[Download versi PDF]

Hari Raya Pentakosta - Berusaha Hidup menurut Buah Roh Kudus

Hari ini adalah hari terakhir dari Masa Paskah tahun ini. Kita bersama-sama merayakan Pentakosta (=hari ke-50). Dalam tradisi Perjanjian Lama, Pentakosta dirayakan 7 minggu setelah pesta panen (Im 23:15-21; Ul 16:9-12). Dalam perkembangan, pada “hari ke-50” itu diperingati pula turunnya Taurat kepada Musa.

Sejak umat Kristen perdana, “hari ke-50” itu dirayakan 7 minggu setelah Yesus bangkit untuk memperingati turunnya Roh Kudus kepada para murid. Jadi ada 3 arti penting dari Pentakosta, yakni perayaan syukur panen, peringatan turunnya hukum taurat dan peringatan turunnya Roh Kudus. Walaupun demikian, ketiganya memiliki pesan teologis yang sama yakni "pencurahan" rahmat Allah bagi manusia.

Dengan perayaan Pentakosta, kita diajak mensyukuri anugerah Roh Kudus yang menjadikan panenan rohani semakin melimpah. Roh Kudus itulah yang memberanikan para murid bersaksi tentang Tuhan kita Yesus Kristus sehingga semakin banyak orang percaya kepada-Nya dan diselamatkan. Kita juga diajak untuk memohon penerangan Roh Kudus dalam tugas pewartaan kita, karena Roh Kuduslah yang mengobarkan semangat evangelisasi.

Dalam bacaan pertama, Roh Kudus digambarkan turun dalam rupa tiupan angin keras dan lidah-lidah api (Kis 2:2-3). Lambang-lambang ini menegaskan bahwa Roh Kudus menerpa dan mengobarkan hati para murid yang sedang kecewa, kecil hati, dan takut, menjadi berani, bersemangat dan siap diutus dengan gembira. Mereka mengalami buah-buah roh yang memperbarui kehidupan sebagaimana dinyatakan dalam bacaan kedua: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22-23).

Hari Raya Pentakosta - Berusaha Hidup menurut Buah Roh KudusDalam bacaan Injil, Roh Kudus dinyatakan sebagai Roh Kebenaran. Dengan bekal anugerah Roh Kudus itulah, para rasul dibimbing dan disertai oleh Tuhan untuk memberi kesaksian iman sampai ke seluruh penjuru dunia sehingga banyak orang percaya kepada Kristus, mengikuti-Nya, dan diselamatkan. Maka tidaklah salah kalau Paus Fransiskus mengatakan dalam Surat Apostolik Evangelium Gaudium, bahwa Roh Kudus mengobarkan semangat evangelisasi, yang juga menjadi tema novena kita selama ini.

Anugerah Roh Kudus tidak pernah selesai dan tidak hanya diberikan kepada para rasul. Kepada kita pun, Roh Kudus juga senantiasa dicurahkan. Saat menerima sakramen baptis, kita menerima Roh Kudus yang menyatukan kita sebagai warga Gereja. Dengan sakramen krisma, anugerah Roh Kudus semakin disempurnakan. Dalam setiap sakramen yang lain pun kita menerima anugerah Roh Kudus. Bahkan, setiap saat, kalau kita selalu terbuka pada Tuhan, Roh Kudus juga senantiasa dianugerahkan kepada kita untuk membimbing kita.

Bagi anggota Gereja atau paguyuban orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Pentakosta hari ini juga dihayati sebagai awal berdirinya Gereja, yang satu, katolik dan apostolik. Katolik berarti umum, maka sebagai anggota Gereja Katolik kami harapkan menghayati diri fungsional demi kepentingan atau kesejahteraan umum/bersama, bukan diri sendiri atau kelompok atau golongan, suku dan bangsa sendiri. Dengan kata lain jika kita sungguh menghayati keutamaan sebagai anugerah Roh Kudus, maka cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa membangun, memperdalam dan memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati. Itulah yang dinamakan evangelisasi, mewartakan Injil secara nyata.

Kita menyadari bahwa tugas perutusan itu tidak mudah, maka kita harus memohon Roh Kudus, karena Roh Kuduslah yang akan mengobarkan semangat evangelisasi kita. Tidak mudah pula kita diajak untuk percaya pada sesuatu yang tidak kita lihat. Percaya kepada yang tidak kelihatan ini bisa membuat kita kehilangan orientasi; apalagi kita hidup dalam dunia masa kini, di mana segala sesuatu harus menuntut bukti fisik, dengan logika pemikiran yang rasional.

Marilah pada hari yang istimewa ini, kita membuka diri selebar-lebarnya untuk menerima anugerah Roh Kudus dan membiarkan diri dibimbing oleh-Nya. Dengan demikian, kendati masa Paskah telah berakhir dan kita akan kembali memasuki masa biasa, hidup kita tidak pernah biasa-biasa saja. Dengan bimbingan Roh Kudus, kita selalu berkobar untuk mencintai kebenaran dan semakin memperdalam iman, memperkokoh pengharapan, dan mewujudnyatakan kasih dalam hidup kita sehari-hari.