sekretariat@parokisanmare.or.id

021-745 9715, 745 9726

Jadwal Misa
Senin-Sabtu : 06.00 WIB
Jumat Pertama : 06.00, 12.00, 19.30 WIB
Sabtu : 17.00 WIB
Minggu : 06.30, 09.00, 17.00 WIB

Sampaikan Intensi Misa: WA Sekretariat SanMaRe

Warta - No 16 - 21 April 2019

Paskah Merupakan Pesta Demokrasi Kita

Sumber: Kotbah P.John Laba, SDB dari pejesdb.com

[Download versi PDF]

Paskah Merupakan Pesta Demokrasi Kita

Kita memasuki Hari Raya Paskah ini dengan sebuah harapan pasti akan keselamatan yang datang dari Tuhan Allah Bapa melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Ia telah berjanji untuk menyelamatkan manusia karena kasih. Hal ini diungkapkan-Nya di dalam Injil ketika berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh 3:16-17).

Semua yang kita kenang dan rayakan bersama selama masa prapaskah hingga Malam Paskah yang meriah dan Hari Raya Paskah yang agung merupakan sebuah ‘Pesta Demokrasi’ di dalam Gereja. Demokrasi berarti kedaulatan rakyat, dalam hal ini manusia yang berdosa. Manusia yang berdosa adalah alasan utama keselamatan dari Tuhan. Artinya, semua manusia adalah orang berdosa, namun Tuhan Allah yang Mahakudus lebih memperhatikan martabat dan imannya yang selalu tertuju kepada-Nya sebagai sumber kesempurnaan. Sebab itu Tuhan rela mengurbankan Yesus Kristus Putera-Nya untuk menyelamatkan bangsa manusia.

Paskah Merupakan Pesta Demokrasi KitaApabila kita membaca kembali kisah-kisah paskah, terutama kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus maka kita menemukan betapa kita sebagai manusia benar-benar bernilai di mata Tuhan, sehingga Yesus sang Anak Allah saja menjatuhkan pilihan bebas-Nya untuk menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Keselamatan adalah alasan utamanya. Keselamatan adalah kasih yang tak berkesudahan di pihak Tuhan. Salah satu pikiran kita semua misalnya tertuju kepada misteri Salib.

Mari kita semua coba mengarahkan mata kita kepada Yesus yang tersalib, sambil memikul salib, Ia diolok-olok, dicaci maki dan ditertawakan di depan umum. Ia rela menerima semuanya ini untuk keselamatan manusia. Sekali lagi manusia memang berdosa namun sangat bernilai di mata Tuhan. Manusia berdosa tetapi saat diciptakan, Tuhan Allah justru yang pertama jatuh cinta kepadanya.

Dalam pemahaman seperti ini, paskah Kristus menjadi sebuah pesta rakyat atau katakanlah pesta demokrasi karena umat yang berdosa merupakan alasan utama pengurbanan Yesus. Kalau bukan manusia yang berdosa sebagai alasan, Tuhan juga pasti tidak mengutus Yesus Kristus ke dunia untuk menjadi satu-satunya penyelamat dan pengantara manusia dengan Bapa di surga. Ini berarti Tuhan benar-benar menyelamatkan manusia karena kasih yang tiada berkesudahan, penuh dengan kesetiaan.

Dalam pujian Paskah kita mendengar perkataan ini: “Bersoraklah para malaikat di surga, Elukanlah Kristus Raja diraja. Pujilah kemenangan jaya.” Kita semua diarahkan kepada Yesus Kristus sebagai pusat perayaan paskah kita, sebuah pesta rakyat atau pesta demokrasi yang penuh sukacita. Dari pihak Yesus, Ia memiliki sebuah pilihan bebas untuk mentaati kehendak Bapa di Surga yang memiliki rencana untuk menyelamatkan manusia. Prinsip-Nya: “Aku datang untuk melakukan kehendak Bapa”.

Di pihak manusia yang berdosa, Paskah merupakan sebuah perayaan demokrasi karena apapun dan siapapun manusia itu, baik atau tidaknya di mata Tuhan semuanya sama. Tuhan Yesus menunjukkan kerelaan-Nya untuk berkurban demi menebus dosa semua manusia dan memberi hidup kekal kepadanya. Itulah sebabnya para malaikat bersorak gembira untuk mengelukan Kristus sang Raja mulia. Maka Paskah benar-benar merupakan saat keselamatan bagi manusia karena pengurbanan Yesus Kristus.

Teolog Hans Urs von Balthasar pernah berkata: “Tanpa Paskah, Jumat Agung tidak memiliki makna. Tanpa Paskah, tidak ada harapan agar penderitaan dan keadaan terabaikan dapat ditoleransi. Tapi dengan Paskah, sebuah Jalan menjadi tampak bagi penderitaan manusia, masa depan yang absolut: lebih dari sekedar harapan, melainkan sebuah pengharapan ilahi”. Paskah benar-benar sebuah pesta rakyat karena derita berubah menjadi sukacita, dosa berubah menjadi rahmat. Semuanya karena cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus.**