Pertemuan APP Remaja SanMaRe
Aku dan Mereka
Disiapkan oleh: Hesti Prayoganingsih
Minggu, 24 Maret 2019 lalu, Bina Iman Remaja SanMaRe telah mengadakan Pertemuan APP Remaja di kelas lantai 3 SanMaRe. Tak kurang dari 50 orang remaja hadir dalam pertemuan rutin BIR ini. Acara yang dimulai tepat pukul 11.00 ini dipandu oleh kakak-kakak OMK Pendamping Remaja dan Sr. Erlisda Wati L.Tamba, FdCC, yang akrab dipanggil Suster Erlis. Pertemuan kali ini mengambil tema “Saya dan Mereka”, yang merupakan tema dari Pertemuan III APP yaitu Berhikmat Dalam Masyarakat.
Dengan mengikuti modul yang disiapkan Komisi Kateketik KAJ khusus untuk BIR, pertemuan memang dibuat ‘ala’ remaja, terdiri dari permainan, pemutaran film pendek, sharing, aksi dan peneguhan. Juga disela dengan gerak dan lagu serta kuis berhadiah.
Permainan pembuka “Siapa Yang Lebih Panjang” ternyata mampu menciptakan kebersamaan di awal acara. Tiap kelompok harus membuat barisan sepanjang mungkin dengan menggunakan dirinya sendiri dan barang-barang yang melekat pada tubuhnya. Beberapa remaja laki-laki tanpa sungkan melepas baju mereka untuk membuat barisan terpanjang ini. Seru sekali pastinya. Pesan yang disampaikan adalah kita pasti mempunyai sesuatu yang bisa diberikan untuk lingkungan sekitar kita. Jangan pernah merasa tak berguna dan cuek. Sedangkan 2 film pendek yang ditayangkan adalah tentang hati berhikmat dalam membantu sesama dan tolong menolong.
Sesi refleksi dan peneguhan yang dibawakan oleh Sr. Erlis ternyata tak kalah menariknya karena kemampuan Suster dari Canossa ini menarik perhatian para remaja. Dimulai dengan membaca Kitab Suci bergantian dari Kitab Sirakh dan dijelaskan kitab ini masuk dalam Deuterokanonika, yang diakui oleh Gereja Katolik Roma berisi ajaran moral dan menyebarkan kebaikan. Dilanjutkan mennyusun puzzle per kelompok yang gambarnya tentang Bunda Maria, Burung Garuda, logo Kita Berhikmat Bangsa Bermartabat, dan anak-anak bergandengan tangan. “Saya bahagia ikut acara ini karena saya mendapat banyak teman. Dulu saya orang yang malas ke gereja. Tapi sekarang saya rajin ke gereja,” Rafael, salah satu remaja yang baru kali itu ikut pertemuan, memberikan refleksinya.
Di sesi peneguhan, Sr Erlis memberikan renungan dan meditasi. Semua peserta menutupkan mata dan beberapa menangis mendengar kata-kata yang mengalir dari mulut Sr. Erlis. Begitu menyentuh mereka. “Hanya orang yang merasa dicintai Allah yang mampu mencintai orang lain. Yang merasa diampuni maka mampu mengampuni….”
Akhirnya, sebelum mengakhiri acara, remaja-remaja ini membuat catatan beberapa aksi nyata yang ingin mereka lakukan. Memberi makan dan mengajar anak-anak jalanan, bersedekah kepada orang miskin, menyumbang buku bekas dan baju bekas, dan kerja bakti membersihkan gereja. Ini sesuai dengan semangat BIR yaitu 2D2K: Doa, Derma, Korban, Kesaksian..**